Para blogger sedang dilanda mainan baru yang bernama microblogging yang akibatnya menjadi ngeblog. Sebagian karena merasa kehilangan gairah menulis. Sebagian lagi lantaran menganggap ngeblog itu sudah tak asyik lagi. Ada apakah gerangan?
Mungkin karena ada layanan yang lebih menarik dan seru. Misalnya Twitter. Barangkali juga karena sebab lain.
Penyakit malas ngeblog itu tak hanya menimpa kamu. Beberapa blogger lain juga sedang kejangkitan demam yang sama. Mereka nyaris tak pernah menengok blog, apalagi memperbarui isinya. Ke mana mereka memindahkan tempat bermain? Twitter!
Microblogging ini memang sedang menunggang gelombang pasang popularitas. Dari hari ke hari, jumlah penggunanya terus menanjak. Saat ini jumlah pengguna Twitter di Indonesia, menurut Google, sekitar 2,4 juta. Ada sumber lain yang menyebut 2,6 juta.
Berdasarkan hasil riset terakhir Edelman dan Brandtology, yang diumumkan pekan lalu, Twitter adalah layanan yang paling sering dibicarakan setelah Google di pelbagai kanal Internet sepanjang Oktober-Desember 2009.
Tempat para ‘pekicau’ menuliskan kalimat maksimal 140 karakter ini bahkan merupakan kanal media sosial yang paling ramai dipakai untuk membicarakan merek-merek di industri teknologi pada kurun yang sama.
Riset apakah itu?
Setiap tiga bulan sekali, firma humas Edelman dan perusahaan riset bisnis daring Brandtology menyelenggarakan survei yang disebut Digital Brand Index (DBI). Di Indonesia, riset DBI pertama berlangsung Juli-September dan kedua pada Oktober-Desember 2009.
DBI memantau merek-merek terkemuka dalam kategori Internet dan peranti lunak, produk elektronik, telepon seluler dan telekomunikasi, bisnis dan jasa konsultasi, teknologi informasi. Yang disurvei adalah percakapan mengenai merek di semua kanal populer di Internet, termasuk blog, forum, dan portal berita. Nah, hasil survei lalu diumumkan ke publik.
DBI terakhir memperlihatkan beberapa temuan. Pertama, terdapat 101.866 pembicaraan daring atau hampir dua kali lipat dari DBI I. Popularitas Twitter meningkat. Ia menjadi saluran tersibuk untuk berbagi berita mengenai brand teknologi dengan peningkatan 94 persen dibanding DBI I atau 45,7 persen dari total pembicaraan daring yang terlacak.
Forum juga menjadi saluran yang sibuk (43 persen), dengan KasKus.us sebagai forum yang paling banyak digunakan. Forum memberi sumbangan 27,54 persen dari seluruh pembicaraan daring tentang merek teknologi. Sedangkan Google naik ke peringkat pertama sebagai merek yang paling banyak dibicarakan, menggeser Intel, jawara DBI I, yang turun ke posisi keenam.
Apa hikmah hasil riset itu?
Pertama, para pemegang merek harus mengetahui di mana saja tempat konsumen bergaul. Bila sudah terlacak, bergabunglah di sana. Agar partisipasi berjalan mulus, kenali dulu karakteristik setiap kanal.
Setiap kanal mempunyai khalayak masing-masing dengan tabiat, selera, kecenderungan, dan gaya berbeda-beda. Pengenalan dan pemahaman karakteristik setiap kanal akan membantu proses sebuah merek berbaur dengan mulus di kanal tersebut.
Kedua, media sosial itu sangat dinamis. Popularitas sebuah kanal terus berubah dari waktu ke waktu. Dan karena kita tak tahu kanal apa yang bakal ramai, sebuah brand mesti muncul di setiap kanal jika ingin ikut terdongkrak popularitasnya.
Ketiga, ini yang penting buat blogger, Twitter mestinya tak perlu dianggap sebagai pesaing blog. Twitter bisa dimanfaatkan untuk mempopulerkan isi blog. Setiap kali blogger mempublikasikan posting baru, ia bisa mengirimkan tautannya ke Twitter.
Kata kuncinya sinergi. Pandai-pandailah menangkap peluang dari kemunculan setiap layanan baru untuk mempertahankan eksistensi blog kamu. Maka mulai dari sekarang manfaatkan twittermu untuk blogmu.
sumber:kurniasepta.blogdetik.com
p
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment